Miliki Pasar yang Sangat Besar, Bisnis Properti Terus Meningkat

Miliki Pasar yang Sangat Besar, Bisnis Properti Terus Meningkat

Padang, (InfoPublikSolok) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Universitas Andalas Padang melalui Program Studi S2 Sekolah Pasca Sarjana melaksanakan diskusi umum perumahan dan permukiman, bertempat di aula lantai III Sekolah Pasca Sarjana Universitas Andalas, Limau Manis, Kota Padang, Kamis (4/5).

Diskusi Umum yang mengangkat tema, hambatan, tantangan dan prospek bisnis properti di Sumatera Barat tersebut turut diikuti Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Solok, Hanif, S.Sos, MM beserta Kepala Bidang Pengembangan Perumahan, Aznil Zaini, ST, MT.

Dalam diskusi umum ini menghadirkan narasumber Ir. Fitrah Nur, M.Si, selaku Direktur Rumah Umum dan Komersial, Dirjen Perumahan Kementerian PUPR, Arif Gunawan, Asosiasi Developer Properti Syariah, Ir. Zulfi Syarif Koto, M.Si selaku Ketum The Housing and Urban Development (HUD) serta Real Estat Indonesia (REI) selaku asosiasi pengembang perumahan yang berkecimpung di dunia properti Indonesia semenjak tahun 1972.

Berbagai survei menunjukkan kalau sektor bisnis properti merupakan salah satu sektor bisnis yang masih akan terus meningkat karena memiliki pasar yang sangat besar dan akan terus berupaya bangkit setelah terpukul akibat pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020 lalu.

Sektor properti berkontribusi sebesar 13,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto nasional tahun 2021. Sektor properti juga memiliki multiplier efek dan rantai pasok terhadap 175 industri lain yang sangat tinggi dengan konten lokal.

Salah satu tantangan saat ini, sejak diberlakukannya UU Cipta Kerja tahun 2020 dan peraturan turunannya baik itu NIB, PBG, KKPR, dan Persetujuan Lingkungan yang turunan dari aturan atau Undang-undang itu sampai saat ini belum ada kejelasan.

Namun demikian, peluang pangsa properti dalam negeri masih sangat menjanjikan dikarenakan pemerintah selalu memberi kepastian soal tingkat inflasi yang masih terkendali serta perbaikan ekonomi dan daya beli masyarakat yang masih tinggi.

Ini terbukti, dari prediksi adanya 800 ribu keluarga baru, ternyata ada peningkatan permintaan 20% untuk perumahan. Hal lain yang menjadi peluang adalah, kondisi ketidakstabilan ekonomi global membuat masyarakat cenderung memilih untuk berinvestasi di dalam negeri saja. Makanya tak heran, justru yang laris manis di pasaran adalah rumah pada angka Rp500 juta sampai Rp1 miliar. (jt)

Tags: