Jakarta, (Info Publik Solok) – Pemerintah terus berupaya menekan angka penularan kasus COVID-19 yang didominasi varian Omicron termasuk melakukan beragam upaya pencegahan dan mendorong laju vaksinasi. Secara nasional Strategi ini efektif menekan jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, yang sampai saat ini (11/2) pukul 17.00 WIB mencapai 29% dari total kapasitas tempat tidur dan isolasi yang disediakan untuk pasien COVID-19. Sebagian besar pasien yang masuk rumah sakit juga memiliki gejala ringan dan tanpa gejala (OTG).
Selain mengimbau masyarakat yang tidak bergejala dan gejala ringan untuk melakukan isolasi mandiri dan terpadu, Hingga kemarin (10/2), pemerintah juga terus meningkatkan testing dan 416.065 spesimen yang dites setiap harinya.
“Kenaikan angka perawatan pasien ini memang harus dikontrol agar layanan kesehatan masyarakat tidak terpengaruh secara berarti,” ujar dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid., Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes.
Dengan begitu, lanjutnya, skema mendorong masyarakat yang bergejala ringan atau tanpa gejala (OTG) untuk isolasi di rumah menjadi strategi pilihan agar pasien yang lebih membutuhkan, termasuk mereka yang bergejala berat dan kritis, dapat memperoleh perawatan intensif.
Selain mengalokasikan rumah sakit bagi mereka yang lebih membutuhkan layanan intensif, pemerintah juga terus mendorong program vaksinasi nasional. Masyarakat diimbau untuk mengikuti program vaksinasi pemerintah karena vaksinasi telah terbukti secara ilmiah mampu mengurangi risiko terburuk akibat terinfeksi COVID-19.
Hingga 9 Februari 2022, Indonesia telah memiliki lebih dari 500 juta vaksin dan hingga 11 Februari 2022 pukul 12.00 WIB, total 187,9 juta (90,23%) jumlah masyarakat Indonesia telah divaksinasi dosis 1 dan 134,6 juta (64,64%) telah divaksinasi dosis 2.
“Data Kemenkes periode 21 Januari hingga 8 Februari 2022 menunjukkan dari 487 pasien COVID-19 yang meninggal, 66% di antaranya belum divaksinasi lengkap. Kami terus mendorong masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi yang telah disediakan secara gratis oleh pemerintah, termasuk vaksinasi booster, terutama bagi mereka yang lansia. Penelitian terbaru Kemenkes, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Indonesia menunjukkan mereka yang sudah mendapatkan vaksin Sinovac dua dosis, pemberian vaksin booster setengah dosis mampu meningkatkan antibodi yang sebanding dengan dosis penuh,” ujar dr. Nadia.
Jarak waktu terbaik untuk mendapatkan booster COVID-19 adalah minimal 6 bulan setelah menerima vaksinasi kedua. Kemudian, apabila seseorang mendapatkan booster di bulan ke 6-9, maka antibodi yang diproduksi bisa sampai 12,5 88,9 kali lipat, tergantung merek vaksin booster yang digunakan.
Meski begitu, vaksinasi bukan satu-satunya cara untuk mampu mengurangi dampak terburuk COVID-19. Pemerintah selalu mengimbau, cara terbaik adalah melengkapi vaksinasi bersama protokol kesehatan yang disiplin seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Lewat semua cara pencegahan yang bisa dilakukan baik oleh pemerintah dan masyarakat, diharapkan penularan COVID-19 yang didominasi Omicron bisa segera dilalui dan dikendalikan secepatnya.
Sumber ; kemenkes.go.id
Tags:Related Posts
Transformasi Digitalisasi Pelayanan Publik bagi Aparatur Pelaksana di Pemko Solok
Pemko Solok Terus Berupaya Turunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi serta Stunting
Pemko Solok Terima Penghargaan Penyelenggaraan Statistik Sektoral Terbaik
DPMPPA Gelar Pelatihan Konvensi Hak Anak Tahun 2023
Balitbang Kota Solok Selenggarakan Lomba Inovasi Makanan Khas Solok (Nasi Asok)
No Responses